Download file lengkap doc. Klik disini
B. OUTLINE PROPOSAL
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jalan layang (flyover) adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang
menghindari daerah/kawasan yang selalu mengahadapi permasalahan kemacetan
lalu lintas. flyover dibangun
untuk mengatasi permasalahan lalu lintas, menghindari beberapa persimpangan
sekaligus, melewati kawasan kumuh/pasar ataupun melewati lembah, daerah
rawa-rawa yang sel
alu terendam air dengan tanah dasar yang yang tidak kuat untuk dibangun jalan dengan cara konvensional.
alu terendam air dengan tanah dasar yang yang tidak kuat untuk dibangun jalan dengan cara konvensional.
Di daerah Darussalam adalah Kota
mahasiswa dan pelajar, Jika dibandingkan antara penduduk setempat dengan
pendatang (pelajar dan mahasiswa) barangkali mencapai nilai yang signifikan;
30:70. Mahasiswa mendominasi tempat ini Pagi hingga sore.
Flyover jembatan Lamnyong adalah jembatan yang
menghubungkan Kota Banda Aceh. meningkatnya jumlah kendaraan pribadi serta
infastruktur dan sistem lalu lintas yang kurang memadai merupakan salah satu
penyebab utama terjadi kemacetan di daerah tersebut. Hal ini di di karenakan
jembatan flyover lamnyong satu-satunya
penghubung yang mudah di jangkau menuju arah Darusalam atau sebaliknya. Karena
meningkatnya jumlah penduduk dan kendaraan dan sering terjadi kemacetan di
daerah jembatan flyover lamnyong,
pemerintah melakukan pembangunan perluasa terhadap flyover jembatan lamnyong di penghujung tahun 2015. Di ujung flyover jembatan lamnyong di buat
underpass yang menghubungkan Rukoh dengan Limpok. Pembuatan Underpass di flyover jembatan lamnyong berkontribusi
nyata dalam pengentasan kemacetan di wilayah ini. Dengan adanya Underpass,
penggunaan jalan dari limpok Darusalam tidak perlu lagi jalan memutar atau
terjebak traffic light bila hendak ke
daerah Kerucut atau Rukoh, Tinggal lurus begitu juga sebaliknya.
1.2.
Perumusan
Masalah
1. Bangaimana
kinerja dan tingkat pelayanan ruas jalan Utama Kampung Rukoh setelah
pembangunan Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong ?
2. Bagaimana
prosedur analisa kinerja dan tingkat pelayanan jalan perkotaan setelah
pembangunan Underpass di ujung flyover jembatan Lamnyong ?
1.3.
Tujuan
Penelitian.
Adapun
tujuan pada penelitian Studi Kinerja dan tingkat pelayanan jalan Utama Kampung
Rukoh setelah pembangunan Underpass di ujung
flyover jembatan Lamnyong
meliputi:
1. Untuk
mengetahui kinerja dan tingkat pelayanan ruas jalan Utama Kampung Rukoh
setelah pembangunan Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong.
2. Untuk
mengetahui dan mengkaji prosedur analisa kinerja dan tingkat pelayanan jalan
perkotaan setelah pembangunan Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong.
1.4.
Manfaat
Penelitian
Adapun mamfaat pada penelitian studi kinerja dan
tingkat pelayanan jalan Utama Kampung Rukoh setelah pembangunan Underpass
di ujung flyover jembatan Lamnyong:
1. Mengaplikasikan
ilmu yang di dapat oleh peneliti selama menjalankan program studi teknik sipil
bidang Transportasi dari Universitas Muhammadiya Aceh
2. Mengetahui
bagaimana kinerja dan tingkat pelayanan jalan Utama Kampung Rukoh setelah
pembangunan Underpass di ujung flyover jembatan Lamnyong.
1.5.
Lingkup
Penelitian
Pada penelitian ini, Studi Kinerja dan Tingkat Pelayanan
Jalan Utama Kampung Rukoh memacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI
1997), setelah pembanguna Underpass di ujung flyover
jembatan Lamnyong, terdapat dua pos
pengamatan pada ruas jalan, pos 1 terletak pada persimpangan jalan
Utama Kampung Rukoh arah ke unsyia dan pos 2 terletak pada pesimpangan jalan
Utama Kampung Rukoh arah ke Limpok, pengmbilan data di lakukan 2 kali jam
puncak, yang di tinjau yaitu pada jam pagi 7.30-9.00 WIB dan sore pada pukul
16.30-18.30 WIB selama 3 hari yaitu senin, sabtu dan minggu.
1.6.
Target
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki target hasil
penelitian mengenai kinerja jalan dan tingakat pelayanan pada Jalan Utama
Kampung Rukoh serta kajian dapak setelah pembangunan Underpass.
II. TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
2.1.
Umum
Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan, jalan
merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi
segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalulintas. Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang
tidak dapat dipisahkan dari jalan seperti jembatan, lintas atas (over pass),
lintas bawah (under pass) dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan jalan
antara lain rambu-rambu dan marka jalan , pagar pengaman lalulintas, pagar
damija dan sebagainya
Underpass
adalah tembusan di bawah sesuatu terutama bagian dari jalan atau jalan rel atau
jalan bagi pejalan kaki. Beberapa ahli
teknik sipil mendefinisikan underpass
sebagai sebuah tembusan di bawah
permukaan yang memiliki panjang kurang dari 0.1 mil atau 1.60934 km. Biasanya
digunakan untuk lalu lintas kendaraan (umumnya mobil atau kereta
api ) maupun
para pejalan kaki
atau pengendara sepeda. Fungsi penggunaan underpass diantaranya adalah
memperbaiki geometrik jalan sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengendara bermotor
atau
pejalan kaki.
2.2.
Lalu
Lintas
Menurut
djajoesman (1976:50) Lalu mengemukakan bahwa secara harfia lalu lintas
diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia atau barang dari satu tempat
ketempat lainnya dengan menggunakan sarana jalan umum.
Menurut
poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55) menyatakan bahwa
lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal perjalanan di
jalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah tempat dengan tempat
lainnya. Dengan demikian lalu lintas adalah merupakan gerak lintas
manusia dan atau barang dengan menggunakan barang atau ruang di darat, b aik
dengan alat gerak ataupun kegiatan lalu lintas din jalan yang dapat menimbulkan
permasalahan seperti terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
Lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu
lintas jalan, sedang yang dimaksud ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan/atau barang yang berupa
jalan dan
fasilitas pendukung.
2.3 Karakteristik
lalu Lintas
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI (1997) Karakteristik
lalu lintas menjelaskan ciri arus lalu lintas secara kualitatif maupun
kuantitatif dalam kaitanya dengan kecepatan, besarnya arus dan kepadatan lalu
lintas serta hubungannya dengan waktu maupun jenis kendaraan yang menggunakan ruang
jalan. Karakteristik diperlukan untuk menjadi acuan perencanaan lalu lintas,
karakteristik lalu lintas yang erat hubungannya dengan penganalisaan dan
perhitungan data-data sehingga menjadi jelas dan sistematis, notasi, istilah
dan kondisi. Di
dalam Undang-undang No 22 tahun 2009
didefinisikan
sebagai gerak kendaraan
dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu
Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang
yang berupa jalan
dan fasilitas pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu
lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan
teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara
berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas,
perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan
pengendalian arus di persimpangan.
2.4 Klasifikasi Fungsional
Jalan
Klasifikasi fungsional seperti dijabarkan dalam Standar Perencanaan
Geometrik untuk Jalan Perkotaan mengenai 2 (dua)
sistem jaringan jalan, terdiri
dari:
1. Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti kertentuan pengaturan tata
ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul
jasa distribusi sebagai
berikut:
a) Dalam
satu satuan wilayah pengembangan
menghubungkan secara
menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan
kota jenjang dibawahnya sampai persil.
b) Menghubungkan kota kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu
antar
satuan wilayah pengembangan. Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan primer terdiri dari:
-
Jalan arteri
primer menghubungkan
kota jenjang
kesatu
yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua.
-
Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang
kedua dengan
kota jenjang kedua
atau menghubungkan kota jenjang
kedua dengan
kota jenjang ketiga.
-
Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
persil atau menghubungkan kota jenjang
kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang
kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang
ketiga,
kota ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.
2. Sistem jaringan jalan sekunder disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
kota yang
menghubungkan kawasan kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder
kesatu, fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai perumahan. Fungsi jalan dalam sistem
jaringan jalan sekunder terdiri dari:
a) Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder
kesatu atau menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
b) Jalan kolektor
sekunder
menghubungkan
kawasan
sekunder
kedua
dengan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau
menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga.
c) Jalan lokal
sekunder
menghubungkan
kawasan
sekunder kesatu
dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan
perumahan, kawasan sekunder
ketiga
dan
seterusnya sampai
perumahan.
2.5 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Klasifikasi jalan menurut kelas jalan didasarkan pada kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST).
Klasifikasi untuk
jalan
kota dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
2.6 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Klasifikasi berdasarkan medan jalan ini memakai kondisi
kemiringan medan diukur
tegak lurus garis kontur.
Pengklasifikasiannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2. Klasifikasi Menurut Medan Jalan
2.7 Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana
adalah kecepatan
maksimum yang aman
dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagiang tertentu pada jalan raya. Kecepatan rencana
ini berdasarkan kondisi cuaca cerah, lalu lintas lenggang
dan
pengaruh hambatan
samping jalan yang
tidak berarti. Kecepatan rencana untuk jalan antar kota dapat
diturunkan dengan syarat
bahwa penurunan tersebut
tidak boleh
lebih
dari 20km/jam. Kecepatan rencana ini didasarkan pada fungsi jalan dan kondisi medan
jalan.
Kecepatan rencana untuk
jalan
antar kota adalah
sebagai berikut:
2.8 Koefisien Kendaraan
Menurut Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan
Lentur
Jalan Raya dengan Metode analisa Komponen (SKBI-2.3.26.1) yang diterbitkan tahun 1987, koefisien distribusi
kendaraan (C ) ditentukan oleh jenis kendaraan dan jumlah
jalur (Tabel 2.4)
2.9 Jalur dan Lajur
Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang
ditempuh oleh kendaraan
dalam satu
jurusan. Jalur jalan dapat terdiri dari satu
atau
lebih
lajur. Lajur adalah bagian jalur lalu lintas memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan
dan
memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan. Lebar lajur tergantung
pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan
kelas jalan seperti
ditetapkan dalam
tabel
2.5.
2.10 Kapasitas Jalan
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia, MKJI (1997) Kapasitas
jalan adalah kemampuan ruas
jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang
ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang
melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan
mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan
digunakan satuan mobil penumpang sebagai
satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan
satuan mobil penumpang per
jam atau (smp/jam). Pada saat arus rendah kecepatan
lalu lintas kendaraan bebas tidak ada
gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas
jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi
arus/volume lalu lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu
arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat
kondisi macet total,
arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi.
Ada
tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu
jalan,
gradient jalan, di daerah
perkotaan atau luar kota, ukuran kota.
Rumus
di wilayah perkotaan ditunjukkan berikut ini :
Semakin
lebar lajur jalan semakin tinggi kapasitas demikian sebaliknya semakin sempit
semakin rendah kapasitas, karena pengemudi harus lebih waspada pada lajur yang
lebih sempit. Lebar standar lajur yang digunakana dalah 3,5 m dengan perincian
kalau lebar maksimum kendaraan adalah 2,5 m maka masih ada ruang besar di
kiri-kanan kendaraan sebesar masing-masing 0,5 m. Pada table berikut
ditunjukkan factor penyesuaian lebar jalan untuk berbagai kondisi:
Menurut Suwardjoko Warpan
(2000) Semakin dekat hambatan samping semakin
rendah kapasitas. Penurunan kapasitas ini terjadi karena terjadi peningkatan
kewaspadaan pengemudi untuk melalui jalan tersebut sehingga pengemudi
menurunkan kecepatan menambah jarak
antara yang berdampak pada penurunan kapasitas jalan.
2.7 Penelitian Terdahulu
--------
III. METODOLOGI
PENELITIAN
Pada bab ini di jelaskan metode yang di jelaskan untuk mendapatkan hasil
dari penelitian. Metode yang di jelaskan di antaranya riset penelitian,
pengumpulan data dan langkah kerja. Bagan Alir penelitian pada lampiran A.4
halaman 20.
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini dilakukan pada jalan Utama Kampung
Rukoh, sehingga kita
dapat mengetahui
karakteristik
pada
jalan Utama
Kampung Rukoh.
3.2 Sumber
Data
Sumber
data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama),
sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada.
3.2.1 Data
Perimer
Data primer
adalah data yang diperoleh dari survey pada jalan Utama Kampung Rukoh.
a.
Geometrik Jalan
b.
Volume Lalu Lintas
3.2.2
Data Sekunder
Data Skunder adalah data yang di peroleh dari wilayah
tersebut berupa peta Provinsi Aceh, peta Kota Banda Aceh dan peta lokasi.
3.3 Metode
Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan
pustaka yang telah sebelumnya dijelaskan pada bab terdahulu. Pengolahan data
menggunakan bantuan Software Microsoft
Excel 2013.
3.3.1 Pengambilan
Data
Untuk memperoleh
data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis kapasitas dan tuntutan pada jalan Utama Kampung Rukoh di kota Banda Aceh, dibutuhkan survey lapangan. Sehingga akan diperoleh data-data
yang akurat sesuai dengan kondisi
persimpangan. Data-data yang diperlukan untuk
menganalisa kapsitas dan tundaan pada jalan
Utama
Kampung Rukoh Kota
Banda Aceh,yaitu:
a. Data
volume kendaraan
b. Data
geometrik jalan (lebar dan jumlah jalur)
Pengumpulan data dilakukan di pada jalan Utama Kampung Rukoh Kota Banda Aceh. Pada jalan terdapat
dua pos pengamatan pada ruas jalan, pos
1 terletak pada persimpangan jalan Utama Kampung Rukoh arah ke
unsyia dan pos 2 terletak pada pesimpangan jalan Utama Kampung Rukoh arah ke
Limpok, pengmbilan data di lakukan 2 kali jam puncak. Pengamatan di lakukan selama
3 hari yaitu senin, saptu dan minggu.
a.
Pagi hari antara pukul 07.300 sampai
dengan 09.00WIB.
b.
Sore hari antara pukul 16.30 sampai dengan 18.300 WIB.
3.3.2
Peninjauan
Pelayanan
Tujuan peninjauan
pelayanan sebelum pengamatan, perlu diketahui kondisi lapangan yang sebenarnya agar dalam
melakukan pengambilan data dapat
menghasilkan
data yang akurat. Kondisi lapangan itu meliputi :
a. Sket
Lokasi pengamatan
Sket lokasi survey perlu dibuat
untuk menempatkan setiap pos untuk
menghitung volume lalu lintas.
b.
Kepadatan Lalu Lintas
Kepadatan lalu lintas perlu
ditinjau terlebih dahulu sehingga dapat
ditentukan
berapa orang yang diperlukan dalam melakukan pengamatan padatiap-tiap pos untuk
menghitung volume kendaraan dan didapat hasilyang akurat.
3.3.3 Alat-Alat
Survey
Agar pengamatan di
lapangan berjalan dengan baik maka perlu terlebih dahulu disiapkan alat-alat pengamatan,
antara lain meliputi, , pengukur
(jam
), alat-alat tulis (kertas dan pena)
1. Pengukur
Waktu (Jam)
Untuk mengetahui waktu
pengamatan pada jam yang telah di tenteukan pada jam-jam sibuk sehingga didapat
volume maksimum kendaraan yang melintasi jalan tersebut dihitung.
2. Alat-alat
Tulis
Untuk menghitung volume
kendaraan perlu dipersiapkan alat-alat tulis yaitu kertas HVS atau buku dimana
di dalamnya dibuat tabel-tabel yang mewakili seluruh jenis kendaraan yang
diperlukan untuk mengevaluasi kapasitas dan tundaan pada persimpangan.
3.3.4 Analisis
Data
Untuk menilai
hasil perhitungan yang kita lakukan adalah dengan melihat Derajat kejenuhan
(DS) untuk kondisi yang diamati. Jika kejenuhan yang diperoleh melebihi nilai
yang diterima (DS> 0,75) maka perlu pengontrolan arus simpang total dan
persimpangan ini perlu diberikan sinyal ,aturan arus dengan rambu–rambu untuk
mempertahankan derajat kejenuhan yang di inginkan (DS < 0,75). Akan terjadi
nilai DS yang di dapatkan sesuai dengan nilai yang diterima (DS< 0,75) .
IV. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini disajikan tentang hasil dan
pembahasan berkenan dengan pokok permasalahan dan tujuan dari penulisan ini.
Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pada jalan Utama Kampung
Rukoh. Selanjutnya sesuai dengan judul penelitian ini maka
diharapkan akan dapat diketahui hasilnya.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
dan saran dijelaskan setelah dilakukan
penelitian. Hasil tulisan ini semoga bisa bermanfaat dan motivasi bagi mereka
yang membutuhkan informasi jalan Utama Kampung Rukoh. Saran yang akan disampaikan di kemudian waktu akan di
sesuaikan dengan rekomendasi terhadap hasil dan pembahasan penulisan ini,
mengenai apa yang telah menjadi pokok permasalahan dan tujuan dari penelitian,
baik diperuntukan bagi instansi terkait juga kepada
masyarakat disekitarnya.
VI. DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Aldis 2001, Perencanaan
Dan Teknik Lalu Lintas , Gajah Mada
University Press Yogyakarta
Ditinjau
dari UU No 22 / 2009 Tentang Jalan dan UU No 14 / 1992 tentang“Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”, Departemen
Pekerja Umum.
MKJI 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen
Pekerjaan Umum
Salter 2001, Hubungan Antara Lalu Lintas , universitasTeknikMunchen
Suwardjoko
Warpani Ir, 2000, Rekayasa
Lalu Lintas , Bhrata Karya Aksara Jakarta.
Djajoesman HS, 1976. Grafik lalu lintas
dan angkutan jalan, Balai Pustaka, Jakarta
Poerwadarminta, W. J.
S..1997. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka, Jakarta.
Comments