Contoh Laporan Proposal_SKRIPSI-TEKNIK SIPIL


B.        OUTLINE PROPOSAL
I.         PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Pada perkembangan zaman sampai saat ini listrik merupakan kebutuhan hidup yang harus terpenuhi dalam kehidupan sehari hari. Bahan bakar minyak sebagai sumber utama energi  dunia, saat ini mempunyai cadangan yang terbatas dengan  tingkat konsumsi  yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga Indonesia harus mengembangkan energi terbarukan non-fosil berasal dari alam, biasa dipakai terus menerus karena jumlahnya tidak terbatas. Di Aceh Barat masih sangat banyak daerah daerah pedalaman yang belum sama sekali terjangkau jaringan listrik. Terutama di daerah desa jambak kabupaten Aceh Barat, Pengembangan sumber daya air merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik di seluruh wilayah Indonesia. Potensi pengembangan dan pemanfaatan sumber daya air salah satunya di daerah Aceh Barat, yang akan dikembangkan oleh pemerintah untuk pembangunan PLTA.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi wadukdanau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Sehubungan dengan permbasahan di atas penelitian ini meneliti bendung Hidropower Meureubo 2 dengan tujuan merencanakan dimensi bendung dengan type mercu ogee ,dan menambahkan bangunan alternative kolam olakan type solid roller bucket..
Pelimpah merupakan bangunan pelengkap suatu bendungan yang berfungsi untuk membuang kelebihan air ke arah hilir. Aspek teknis yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan pelimpah yaitu : topografi, geologi/  geoteknik, hidrologi dan hidrolika serta morfologi sungai.
Pelimpah, sebagai salah satu komponen dari saluran pengatur aliran, dibuat untuk meninggikan muka air. Sehingga air akan mengalir atau melintas di atas bangunan pelimpah. Akibat dari peninggian muka air tersebut terjadi perubahan aliran yang cepat dan energi yang sangat besar yang menyebabkan penggerusan saluran di bawah pelimpah. Sebelum aliran air melintasi bendung (bangunan pelimpah), aliran air bersifat alami. Tetapi setelah melewati pelimpah aliran akan mempunyai kecepatan tinggi dalam kondisi superkritis. Aliran tersebut harus diperlambat dan dirubah menjadi aliran subkritis sehingga energi dengan daya gerus yang timbul dalam aliran tersebut dapat diredusir hingga mencapai tingkat yang normal kembali, dan aliran tersebut kembali ke sungai tanpa membahayakan kestabilan alur sungai yang bersangkutan.
Guna mereduksi energi yang terdapat di dalam aliran tersebut, maka di ujung hilir saluran peluncur biasanya dibuat alternafif bangunan peredam energi pencegah gerusan (scour protection stilling basin). alternatif Bangunan peredam energi yang dipakai adalah kolam olakan tipe solid roller bucket.
Peredam energi tipe solid roller bucket adalah bangunan peredam energi yang terdapat di dalam aliran dengan proses pergesekan di antara molekul-molekul air akibat timbulnya pusaran-pusaran vertikal di dalam kolam olakan.


1.2              Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka pokok permasalahan yang menjadi bahan kajian penelitian ini adalah :
“Merencanakan ulang bangunan pelimpah dan peredam energi dengan menambahkan bagian alternatif kolam olakan tipe solid roller bucket”.

1.3              Tujuan Penelitian
Untuk mendapat desain alternatif pada bengunan pelimpah dengan menggunakan peredam energi.
1.4              Lingkup Penelitian
Untuk membatasi cangkupan yang luas, lingkup penelitian sebagai berikut:
Pengumpulan data skunder yang terdiri
1.        Menghitung debit aliran dengan kode ulang 100 thn
2.        Gambar bangunan yang sudah ada
3.        Merencanakan bangunan  pelimpah dan peredam energi
4.        Menghitung ulang ke stabilan bendungan
                                                                                       
1.5       Manfaat Penelitian
Adapun mamfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain adalah:
1.        Di harapkan tugas akhir ini dapat menjadi sumber informasi dan sebagai referensi dari perencanaan bangunan pelimpah dengan menggunakan alternatif bangunan pelimpah peredam energi.
2.        Menjadi suatu masukan atau informasi kepada dinas terkait apabila studi menganalisa perencanaan ulang bangunan pelimpah sesuai dengan syarat-syarat teknis.
3.        Dapat menambah wawasan pembaca khususnya di bidang keairan .

II.        Tinjauan Kepustakaan
2.1       Hidrolika Pelimpah
            Asdah (2010) pada bendungan tipe urungan, bangunanan pelimpah berfungsi untuk mencegah terjadinya limpasan diatas mercu bendungan (overtopping ). Bangunan pelimpah dirancang sedemikian rupa agar debit banjir direncanakan dapat mengalir dengan baik melalui saluran transisi,peluncur dan peredan energi


2.2       Mercu Bendung
Masrevaniah (2012) menyatakan pelimpah merupakan bangunan pelengkap dari suatu bendungan yang berfungsi untuk membuang kelebihan air ke arah hilir. Untuk bendungan yang tinggi, konstruksi pelimpah dibuat dari beton sedangkan untuk bendungan rendah dapat menggunakan pasangan batu kali. Konstruksi tersebut hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga kapasitas konstruksinya cukup untuk mengalirkan debit banjir dan memenuhi kondisi hidrolika yang baik. Tipe-tipe mercu bendung bendunng :
a.         Anonim (1986) menyatakan Mercu tipe ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam, oleh karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan pada permukaan mercu sewaktu bendung mangalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih rendah air akan memberikan tekanan kebawah pada mercu.
b.        Anonim (1986) menyatakan bendung dengan mercu bulat (lihat gambar 2.1) memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar.Pada sugai, ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir.Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada mercu.
c.         Anonim (1986) tipe mercu vlughter tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
d.        Tipe mercu schoklitsch tipe ini merupakan modifikasi dari tipe vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

2.3     Peredam Energi
Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu :
a.         Tipe Vlughter
Anonim (1986) tipe ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
b.        Tipe Schoklitsch
Anonim (1986) peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir. 
c.         Tipe Bucket
Anonim (1986) kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.
d.        Ruang Olak Tipe USBR
Anonim (1986) tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.



Gambar 2.1 Mercu tipe ogee
Sumber : Anonim (1986)
 
















2.4    Perhitungan Pelimpah Tipe Ogee
2.4.1  Perhitungan Mercu Pelimpah
            Anonim (1986) untuk merencanakan permukaan mercu ogee bagian U.S. Army Corps of Engineers telah mengembangkan persamaan berikut :
n…………………………………………………………………..(2.1)
Dimana :
X dan Y =  koordinat permukaan hilir bending
Hd          = tinggi air diatas mercu

2.4.2    Debit Yang Melalui Pelimpah
            Suryono Sosrodarsono (1977) untuk menghitung debit yang melalui pelimpah maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Q = C . B . H 3/2  ................................................................................................ (2.2)
Dimana :
Q         = Debit banjir rencana (m3/dt)
C         = Koefisien limpasan
B         = Panjang pelimpah (m)
H         = Tinggi air diatas mercu pelimpah(m)

2.4.3    Nilai Koefesion Limpahan
            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai koefisien pelimpah yang biasanya berkisar 2,0 ~ 2,2. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi nilai dari koefisien limpahan :
1.        Tinggi air pada pengarah aliran
2.        Kemiringan lereng pelimpah
3.        Tinggi air tepat di atas mercu
            suyono Sosrodarsono (1977) Untuk mendapatkan nilai Koefisien Limpasan akan digunakan rumus iwasaki yang akan dijabarkan sebagai berikut :
CD      = 2.200-0.0416 ( Hd/W)0,9900................................................................. (2.3)
C         = 1,60 .....................................................................................(2.4)
Dimana :
C         = Koefisien limpahan
Cd       = Koefisien limpahan ketika h = Hd
h          = Kedalaman air di atas mercu bendung  (m)
Hd       = Tinggi tekanan rencana di atas mercu bendung (m)

2.4.4    Lebar Efektif Pelimpah
            suyono Sosrodarsono (1977) lebar  pelimpah  akan  berubah  ketika  air  melimpah  melalui  mercu bendung. Hal ini disebabkan akibat kontraksi yang diakibatkan oleh kedua dinding disamping marcu dan juga pilar-pilar yang terdapat pada mercu pelimpah tersebut rumus berikut dapat digunakan untuk mendapatkan nilai lebar efektif pelimpah dengan mempertimbangkan jumlah pilar dan efek kontraksi pada dinding pelimpah :
L = L’-2(N.Kp+Ka).H.........................................................................................(2.5)
Dimana :
L         = Lebar efektif bendung
L’        = Lebar bendung sesesungguhnya
N         = Jumlah pilar pada mercu bendung
KP        = Koefisien kontraksi pilar
Ka        = Koefisien kontraksi dinding samping
H         = Tinggi tekanan di atas mercu

2.4.5    Rencana Saluran Transisi Dan Saluran Peluncur
            Ven Te Chow (1985) sebelum melakukan analisa hidrolika pada saluran transisi dan peluncur dilakukan perhitungan hidrolis untuk mengetahui kedalaman air pada hulu saluran transisi atau sama dengan lereng bagian hilir pelimpah.Untuk menentukan kedalaman pada lereng bagian hilir pada pelimpah makan di gunakan rumus sebagai berikut.
V= .............................................................................................(2.6)
V=  ...............................................................................................................(.2.7)
F =  ............................................................................................................(2.8)
Dimana :
V         = Kecepatan aliran pada titik sejauh Z
Hd       = Tinggi Pada hulu pelimpah
Yz           = Kedalaman pada titik sejauh Z
Q         = Debit banjir Rencana
Fz            = Bilangan Froude
Z          =  tinggi mercu dihitung dari puncak mercu hingga hilir lereng pelimpah
            Suyono Sosrodarsono (1977) perencanaan saluran transisi sagatlah penting bagi rangkaian perencanaan pelimpah bendungan.Dengan rencana saluran transisi yang baik maka akan dapat menjadikan aliran air pada hilir saluran tidak mengalami air terhenti ( back water).


            Rumus yang digunakan untuk menghitung bentuk penampang memanjang saluran transisi dan saluran peluncur adalah sebagai berikut :








Gambar 2.2. Skema aliran pada saluran transisi dan saluran peluncur
Sumber : Anonim (1986)
 



 .................................................................(2.9)
H =  Z + d cosÆŸ+ α ....................................................................................... (2.10)
Sf  =  ..........................................................................................................(2.11)
Dimana :
        = elevasi dasar pada hulu saluran ( m)
        = elevasi dasar pada hilir saluran ( m)
        = Kedalaman air pada ujung hulu saluran ( m)
        = Kedalaman air pada ujung hilir saluran ( m)
         = kecepatan aliran kritis pada bagian hulu saluran ( m/dtk)
         = kecepatan aliran kritis pada bagian hilir saluran ( m/dtk)
g          = Gravitasi ( 9.81 m/dtk2)
H         = tinggi energi (m)
Hf        = kehilangan total tinggi tekanan yang di sebabkan oleh gesekan (m)
α          =  koefisien energi
Sf        = Kemiringan garis energi
n          = koefisien manning
Bambang triatmajo (1993) untuk menghitung bilangan Froude (Fr) sendiri telah banyak dituangkan dalam berbagai buku, berikut adalah rumus yang digunakan : 
Fr = …………………………………………………………….………..(2.12)
Dimana :
Fr    = Nilai Froude
V    = Kecepatan di ujung saluran peluncur (m/dt)
g     = Grafitasi (m/dt2)
H    = Kedalaman di ujung saluran peluncur (m)
Dengan menghitung besarnya nilai Froude (Fr) akan dapat diketahui jenis aliran pada suatu saluran. Jika hasil nilai dari Fr < 1 maka aliran adalah sub kritis, Fr =1 maka aliran adalah kritis dan Fr > 1 maka aliran adalah super kritis. 
Dari uraian diatas maka jika aliran yang terjadi di saluran merupakan aliran subkritis maka perhitungan dimulai dari hilir ke arah hulu saluran, sedangkan jika aliran yang terjadi di saluran merupakan aliran superkritis maka perhitungan dimulai dari hulu ke arah hilir saluran.

2.5       Peredam Energi
            Jika kedalaman konjugasi hilir dari loncatan dibanding kedalaman air normal hilir,atau jika diperkirakan akan terjadi kerusakan pada lantai kolam yang panjang akhibat batu-batu besar yang tersangkut lewat atas bendung maka dapat dipakai peredam energi yang relatif pendek tetapi dalam.

 



           




Gambar 2.3 Kolam Olak Tipe Solid Roller Bucket
Sumber : A.J. Peterka (1984)
 


h1= ..............................................................................................................(2.13)
V1 = .......................................................................................(2.14)
Fr = ...........................................................................................................(2.15)
Radius minimum lengkung bucket ditentukan berdasarkan grafik
Dengan :
Vu          : Kecepatan aliran saat awal loncatan (m/s)
g          : Percepatan Gravitasi (9.8 m/s2)
hc        : tinggi energi diatas ambang
p          : Tinggi jatuh air (m)
Fr            :Bilangan Froude
G         : percepatan gravitasi ( m/s2)
            Chow (1992) Suatu loncatan hidrolis akan terbentuk pada saluran, jika bilangan Froude aliran, kedalaman aliran dan kedalaman konjugasi, memenuhi persamaan berikut:
...................................................................................(2.16)

Dengan            :
Y2          : Kedalaman Konjugasi (m)
Yu          : Kedalaman air saat awal loncatan (m),
Fr            :Bilangan Froude

2.6      Analisa Stabilitas Bendung
            Stabilitas perlu di analisa apakah konstruksi bangunan ini kuat atau tidak, agar diperoleh bendung yang benar-benar stabil, kokoh dan aman dari berbagai gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung maupun oleh berat tubuh bendung itu sendiri. Gaya-gaya yang bekerja pada bendung :

2.6.1    Gaya Dan momen Akibat Berat Sendiri 
            Anonim (1986) menyatakan untuk menghitung berat sendiri bendungan menggunakan rumus :
G = A.Ɣb.........................................................................................................(2.17)
Dimana :
G         : Gaya Akibat Berat Sendiri  (ton)
A         : Las
Æ”b       : Berat (m)

2.6.2     Gaya Dan Momen Akibat Hidrostatis
Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung gaya dan momen Akibat hidrostatis menggunakan rumus :
Gaya  H = x ɤw x (ho)2...................................................................................(2.18)
Lengan   H  x (ho + hd) + h1..........................................................................(2.19)
Momen = Gaya x Lengan
Dimana :
Hd       = Tekanan hidrostatis (ton)
ho        =  Kedalaman Air (m)
ɤw        = Berat volume (ton/m3)

2.6.3  Gaya Dan Momen Akibat Hidrodinamis
            Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung gaya Dan Momen Akibat Hidrodinamis menggunakan rumus :
Hd =  x ɤw x (ho)2 + ɤw ( hd)2    .......................................................................(2.20)
Legan  =  ( ho + hd)+h1 ...................................................................................(2.21)
Momen = Gaya (H) x Legan     
Dimana :
Hd       = Tekanan hidrodinamis (ton) 
ɤw        = Berat Volume (ton/m3)
ho            = Kedalaman Air (m)
hd            = Tinggi air diatas bendung (m)
2.6.4  Gaya dan Momen Akibat Lateral 
Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung gaya  dan Momen Akibat Tekanan Tanah Aktif dan Pasif  menggunakan rumus :
Pa=  É¤w x h12 x tg2 x (45 -  )..........................................................................(2.22)
Pp=  É¤ x (h4 +h5)2 x tg2 x (45 -  )..................................................................(2.23)
ɤ = ɤt - ɤw..........................................................................................................(2.24)
Rumus lengan : Pa x h1............................................................................(2.25)
                            Pp x (h4+h5) ...................................................................(2.26)
Dimana :
Pa            = Tekanan tanah aktif (T/m2)
Pp           = Tekanan tanah pasif (T/m2)
          = Sudut geser dalam (o)
ɤ          = Berat volume ( ton / m3)

2.6.5 Gaya Dan Momen Akibat Tekanan Lumpur
            Sumber Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung gaya dan momen Akibat tekanan lumpur menggunakan rumus :
..........................................................................(2.27)
Lengan = ....................................................................................(2.28)
Momen = Gaya (SH) x Lengan
Dimana :
SH       = Gaya tekanan lumpur persatuan lebar (kg/m)
          = Berat volume lumpur (kg/m3)         
          = Tinggi endapan lumpur (m)
          = Sudut geser dalam (o)
2.6.6   Gaya Dan Momen Akibat Gempa
            Braja M.Das Jilid 2 menyetakan untuk menghitung gaya Dan Momen Akibat Gempa menggunakan rumus :
K = E.G ............................................................................................................(2.29)
E= ..................................................................................................................(2.30)
Ad= dan (ac2)m..................................................................................................(2.31)
Dimana :
K         : Gaya Akibat gempa (Kg/m)
E          : Koefesien Gempa ( ton )
G         : Berat Bangunan (Kg/m)
ad        : Percepatan Gempa Rencana (cm/dt2)
ac            : Percepatan Kejut Dasar ( cm/dt2)
n          : koefisien jenis tanah
g          : Gravitasi (9,81 cm / dt2)
z          : Faktor yang tergantung pada letak geografis



 2.6.7      Panjang Kolam Olakan / Lantai Belakang
               Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung Panjang Kolam Olakan atau Lantai Belakang  menggunakan rumus :
Lb = k . (Y2-Y1) ................................................................................................(2.32)
Dimana :
Lb           = Panjang kolam Olak (m)
K         = koefesien Nova
Y2          = Tinggi air setelah Loncatan (m)
y1            = Tinggi air pada saat loncatan (m)
Menentukan Nilai K
Y2/Y1                   k
2<Y2/Y1<4      4.5
4<Y2/Y1<6      5.0
20<Y2/Y1<6..  4.0

2.6.8     Panjang Lantai Depan (Ld)
              Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung Panjang lantai depan menggunakan rumus :
 C ...................................................................................................(2.33)
Dimana :
Lz        = Ld+Lh+Lb ( panjang lantai dari depan hingga belakang ) (m)
       = perbedaan air di hulu dan dibelakang bendung (m)
C         = koefisien lane biasa di ambil C=2

2.6.9    Tekanan Air Pori / Uplife
            Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung Tekanan Air Pori / Uplife menggunakan rumus :
1.        Tekanan air pori pada saat muka air normal (MAN)
2.        Tekanan air pori pada saat muka air banjir (MAB)
AA’     : AL = BB’:Bl.......................................................................................(2.34)
2.6.10      Stabilitas Bendung
a.   Stabilitas Terhadap Guling
Teknik Bendungan Ir.Soedibyo menyetakan untuk menghitung tekanan tanah aktif menggunakan rumus :
SF = .................................................................................................(2.35)
Dimana :
SF        = Faktor keamanan
ΣMT    = Jumlah momen tahan ( ton meter )
MG      = jumlah momen guling ( ton meter )
b.    Stabilitas Terhadap Geser
Teknik Bendungan Ir.Soedibyo menyetakan untuk menghitung tekanan tanah geser menggunakan rumus :
SF= ....................................................................................................(2.36)
Dimana :               
SF        = Faktor keamanan
ΣRV    = total gaya vertikal (ton)
ΣRH    = total gaya horizontal (ton)
          = koefisien gesekan = (0,60-0,75)
c.   Terhadap Bidang Kern (Retak)
Anonim (1986) menyetakan untuk menghitung Terhadap Bidang Kern (Retak) menggunakan rumus :
Rumus :
e = ..................................................................................................(2.37)
Dimana :
e                      = Eksentrisitas (m)
L                      = Panjang pondasi bendung (m)
Mt                   = Momen total yang terjadi (ton)
Rv=Σ(V-U)     = Jumlah gaya-gaya vertikal (ton/m)
III.       METODOLOGI  PENELITIAN
3.1              Umum

            Penelitian ini dilakukan pada kawasan daerah Desa Jambak Kecamatan Pante Cermen Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang memuaskan maka perlu disusun runtutan pengerjaan perhitungan yang baik dan benar.
            Dalam studi ini akan digunakan metode perhitungan langsung, dimana data   yang   digunakannya  didapatkan  dari  instansi  terkait. Studi  ini  dilakukan
dengan berbagai runtutan perhitungan yang dicocokan dengan berbagai pustaka yang ada sehingga di dapatkan hasil yang baik.

3.2      Lokasi Studi
Lokasi Bendung Hidropower Meureubo 2 Kabupaten Aceh Barat terletak di Kecamatan Pante Cermen, 8 km dari hulu desa Jambak Provinsi Aceh. Lokasi Bendung berada pada DAS Meureubo.

3.3      Pengumpulan Data
3.3.1 Data Teknis Bendung
            Berikut ini adalah data teknis Bendung Hidropower Meureubo 2  yang di ambil dari laporan akhir perencanaan Bendung Hidropower Meureubo 2:
-            Elevasi Air Banjir Mercu                         : +390.40
-            Elevasi Mercu Bendung                           : +384.00
-            Elevasi Dasar sugai Hulu                         : +379.00
-            Elevasi Dasar sugai Hilir              : +378.00
-            Lebar puncak bendung                            : 3 m
-            Panjang bendung                                     : 25 m
-            Panjang Lantai Depan                              : 7 m
-            Panjang Lantai Belakang                         : 10 m
-            Tinggi Bendung                                       : 5 m
-            Kemiringan Bendung                               : 1:1

3.4    Analisis Hidrolis Bendungan
a.         Analisi  Hidrolis Bendung
Tinjauan hidrolis bendungan meliputi :
1.        Mercu bendung
2.        Lebar bendung
3.        Tinggi air banjir di hilir bendung
4.        Tinggi air banjir di atas mercu
5.        Kolam olak

b.        Analisis Stabilitas Bendung
Analisis tersebut bertujuan untuk meninjau stabilitas bendung pada saat sugai kondisi normal dan banjir rancangan. Analisis meliputi :
1.        Analisis Gaya dan momen yang bekerja pada bendung 
Analisa Gaya dan momen :
a.         Gaya dan momen akibat berat sendiri bendung
a.         Gaya dan momen  akibat Hidrostatis
b.        Gaya dan momen  akibat Hidrodinamis
c.         Gaya dan momen  akibat Lateral
d.        Gaya dan momen  akibat tekanan lumpur
e.         Gaya dan momen  akibat  Gempa
f.         Panjang kolam olak atau lantai depan
g.        Panjang lantai depan
h.        Tekanan air pori

2.        Analisa Stabilitas Bendung
Tinjauan analisis stabilitas bendung meliputi :
a.         Terhadap  guling
b.        Terhadap geser
c.         Terhadap bidang kern (retak)

IV.       RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN
            Pada bab ini akan menyajikan tentang hasil dan pembahasan berkenaan dengan pokok permasalahan dan tujuan dari penulisannya.Penelitian ini akan membahas mengenai analisis alternatif bangunan pelimpah type ogee dan peredam energi type solid rooler bucket pada bendung Hidropower Meureubo 2. Selanjutnya sesuai denngan judul penelitian ini maka diharapkan akan diketahui hasilnya.

V.        KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini akan dapat ditulis setelah diperoleh hasil dan melalui semua tahapan-tahapan di dalam Menganasis alternatif bangunan pelimpah type ogee dan peredam energi type solid rooler bucket pada bendung Hidropower Meureubo 2. Saran yang akan disampaikan dikemudian waktu akan disesuaikan dengan rekomendasi terhadap hasil dan pembahasan penulisan ini, mengenai apa yang telah menjadi pokok permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, baik diperuntukkan bagi daerah, masyarakat, instansi terkait maupun kepada penulis pribadi.

VI. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Padma A., 2013. Perencanaan ulang Bendung Tirtorejo Yogyakarta ( Analisa Hidraulika).jurnal teknik sipil universitas atma jaya.yogyakarta

Chow,V.T,1992, Hidrolika Saluran terbuka (terjemahan),Jakarta : Erlangga.
DPU Pengairan, 1986, Standar Perencanaan Irigasi kriteria perencanaan bangunan utama KP-02 Bandung.
Departemen pekerjaan umum, Direktorat Sumber Daya Air, 2007, Standar Perencanaan Irigasi KP-02, Jakarta
Direktorat  Jendral   Departemen   Pekerjaan  Umum ,1986  Standar  Perencanaan    Irigasi –   Kriteria   Perencanaan   02.Jakarta :   Badan   Penerbit
Pekerjaan Departemen Pekerjaan Umum
                                                                 
Das Braja M, Noor Endah, dan Indasurya B Mochtar.1998 Mekanika Tanah Prinsip-Prinsip)

Ir.Soedibyo.2003. Teknik Bendungan ( Cetakan Kedua).Jakarta : PT.Pradia Paramita

Peterka,A.J. (1974). Hydraulics Design of Stilling basin and Energy Dissipaters.United States Department Of Interior,Bereau Of Reclamation,Denver,Colorade

Marevaniah, Aniek.2012. Konstruksi bendungan urungan pelimpah ( volume II).Malang : CV asrori



Download disini

Comments